Ketika saya turun dari taksi dan berjalan menuju pintu masuk stasiun kereta api, saya langsung diliputi oleh suara Jakarta di pagi hari. Udara dipenuhi oleh keramaian orang-orang yang bergegas mengejar kereta api mereka, suara klakson mobil dan pedagang kaki lima yang menjual dagangan mereka. Saat itu bulan Ramadan dan stasiun penuh dengan para pelancong yang ingin menuju ke tujuan mereka. Saat saya menuju ke peron kereta api, saya merasakan antisipasi untuk perjalanan yang akan datang dan atmosfer unik dari perjalanan selama waktu spesial ini. Naik kereta api dari Jakarta ke Surabaya selama bulan Ramadan membuat saya merasa senang dan penuh antisipasi. Ini adalah pertama kalinya saya melakukan perjalanan selama Ramadan dan saya sangat ingin merasakan atmosfer unik di dalam kereta api selama 16 jam ke depan. Meskipun masih pagi, penumpang terlihat dalam keadaan meditasiAtmosfer di dalam kereta api berbeda dari perjalanan kereta api lain yang pernah saya alami sebelumnya. Gerbong relatif sunyi dan sebagian besar orang duduk dengan mata tertutup, tenggelam dalam refleksi yang dalam. Meskipun masih pagi, penumpang terlihat dalam keadaan meditasi, merenungkan makna dan pentingnya Ramadan. Saat kereta api mulai bergerak, rasa tenang terjadi pada saya, gerakan pelan dan atmosfer yang tenang memberikan kesempatan untuk istirahat sejenak dari kebisingan Jakarta. Sambil memandang keluar dari jendela, saya melihat panorama kota perlahan-lahan memberi jalan pada pedesaan yang menakjubkan di Jawa, dengan ladang hijau dan bukit-bukit yang menjulang sejauh mata memandang. Dengan matahari perlahan-lahan naik di langit, saya merasa bersyukur atas momen ketenangan dan refleksi ini, dan dengan antusias menantikan apa yang akan dibawa oleh perjalanan ini selanjutnya. Kereta api penuh sesak dengan penumpang dari berbagai kalangan yang menuju ke berbagai tujuan. Saya melihat keluarga dengan anak-anak kecil, pasangan lanjut usia, dan kelompok teman-teman, semua berbagi pengalaman dalam melakukan perjalanan selama Ramadan. Sebagian besar penumpang sedang berpuasa dan saya melihat bahwa mereka tampak mengatasi perjalanan panjang dengan sangat baik. Mood yang saling menghormati dan tenang di dalam kereta api membuat saya semakin menghargai pentingnya bulan spesial ini. Saat jam terus berlalu, saya merasa tenggelam dalam pemikiran yang mendalam, merenungkan misteri kehidupan dan keindahan dari pengalaman yang unik ini. Saya bisa melihat butiran keringat terbentuk di dahi beberapa penumpangKereta api melaju dan saya merasa panas semakin intens. Matahari memancarkan sinarnya ke kereta api, menyebabkan suhu di dalam gerbong meningkat. Kekurangan pendingin udara membuat gerbong menjadi pengap dan panas. Saya bisa melihat butiran keringat terbentuk di dahi beberapa penumpang. Namun, saya tahu bahwa ini adalah harga yang kecil untuk membayar kesempatan merasakan Ramadan di atas kereta api. Meskipun merasa tidak nyaman, para penumpang tetap mampu mengatasi dengan baik, dengan mengambil kekuatan dari keyakinan mereka dan kebersamaan dengan sesama penumpang. Saat kereta api melaju melewati pedesaan, saya bisa melihat orang-orang tenggelam dalam pemikiran, merenungkan makna yang lebih dalam dari Ramadan dan tempat mereka di dunia. Rasa kebersamaan dan persatuan sangat terasa dan membuat saya menyadari semangat sejati Ramadan, yaitu berkumpul sebagai komunitas dan berbagi berkah bulan suci ini. Ini adalah kesempatan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri sendiriSelama perjalanan, kereta api berhenti beberapa kali, namun tidak ada pedagang yang menjual makanan ringan atau minuman sebelum matahari terbenam, seperti biasa pada perjalanan kereta api biasa. Sebaliknya, para penumpang menghabiskan waktu dengan berbagai kegiatan, seperti berbicara satu sama lain, mendengarkan musik, bermain game atau menikmati pemandangan. Beberapa orang berada dalam kelompok, mengadakan percakapan yang ramai, sementara yang lain lebih suka menghabiskan waktu sendirian, membaca buku atau tidur sejenak. Perjalanan terasa memuaskan dan bermakna dengan minimnya gangguan. Kereta api terus melaju dan saya merasa bersyukur atas pengalaman unik ini. Ini adalah kesempatan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri dan terhubung dengan orang-orang dengan cara yang mendalam dan bermakna. Penumpang meraih tas mereka dan mulai mengeluarkan makanan dan minuman merekaKetika matahari mulai terbenam, kereta berubah menjadi ruang yang penuh aktivitas, menandakan buka puasa hari itu. Penumpang meraih tas mereka dan mulai mengeluarkan makanan dan minuman mereka, dengan hati-hati menyiapkan untuk berbuka puasa sesuai dengan tradisi agama mereka. Waktu berbuka puasa adalah momen kebahagiaan dan rasa syukur yang murni, waktu untuk merenung dan bersatu dalam merayakan semangat Ramadan. Saat para penumpang makan makanan sederhana mereka, saya bisa merasakan kehangatan dan kemurahan hati menyebar ke seluruh gerbong, membawa semua orang bersama dalam momen kesatuan dan koneksi. Ketika tiba di Surabaya setelah tengah malam, perasaan puas dan syukur membungkus saya. Rasa kebersamaan dan persatuan yang saya alami dalam perjalanan panjang ini jauh melebihi segala ketidaknyamanan atau kesulitan yang saya hadapi. Merefleksikan perjalanan saya, saya menyadari bahwa Ramadan adalah tentang jauh lebih dari sekedar menahan diri dari makan dan minum di siang hari. Ini adalah waktu untuk introspeksi, pertumbuhan spiritual, dan koneksi dengan orang lain. Saya merasa beruntung telah menjadi bagian dari sesuatu yang benar-benar istimewaMasuk ke kamar saya di Surabaya membuat saya terasa sangat bersyukur atas perjalanan yang baru saja saya selesaikan. Pengalaman itu telah memberi saya wawasan yang mendalam tentang kekayaan dan keindahan Ramadan dan saya tahu bahwa itu akan terukir dalam ingatan saya selamanya. Melihat ketangguhan dan dedikasi sesama penumpang saya telah menjadi pengalaman yang sangat menginspirasi dan saya merasa beruntung telah menjadi bagian dari sesuatu yang benar-benar istimewa. Setelah masuk ke tempat tidur, saya sudah merindukan kesempatan berikutnya untuk merasakan keajaiban Ramadan. Saya tahu bahwa sulit untuk menciptakan kembali rasa koneksi dan persatuan yang saya alami dalam petualangan baru-baru ini, tetapi saya sangat ingin terus menjelajahi banyak sisi dari waktu yang istimewa ini. Dengan perasaan damai dan puas, saya terlelap dalam tidur, bersyukur atas pengalaman yang telah membawa saya ke sini dan bersemangat untuk apa yang akan datang di masa depan. Hanan Scheers Saya travel dunia untuk menemukan cerita yang tak terduga. 29 Maret 2023
Comments are closed.
|
Mata Nusantara adalah majalah online dengan fokus di Indonesia, dibuat oleh Just Hanan. Kami ingin menunjukkan kepada anda dunia yang penuh dengan budaya dan lifestyle, dan mencoba memberi anda banyak inspirasi travel internasional.
Mata Nusantara Lifestyle Budaya Travel Foodie Musik Video Kontinen Asia Eropa Afrika Amerika Utara Amerika Selatan Oseania Lebih+ beranda Tim kami |